Bagaimana situasi tahun depan? Ini adalah pertanyaan yang selalu diajukan dalam merencanakan strategi di tahun mendatang. Sejauh itu bisa diprediksi, ada data atau angka-angka pertumbuhan/penurunannya dapat dihitung, maka tidak ada masalah. Tinggal memproyeksikan data masa lalu ke masa depan, lalu dibuat rencana sesuai prakiraan tersebut. Namun tidak demikian jika menyangkut faktor-faktor yang sulit diprediksi sebelumnya.
Beberapa faktor yang tak dapat diduga sebelumnya antara lain: keputusan politik pemerintah atau hasil pemilu atau pilkada, kejadian ekonomi yang besar pengaruhnya seperti harga bahan bakar, dampak perubahan iklim dan inovasi teknologi. Untuk perubahan faktor-faktor yang sulit diprediksi ini akan diperlukan penyusunan skenario perubahan. Ini menyangkut asumsi dan sikap berfikir sang perencana, sehingga obrolan tentang pemrograman pikiran menjadi relevan.
Untuk menghidupkan obrolan ini, ilustrasi fiktif berikut ini mencoba menunjukkan bagaimana seseorang menyusun skenario berdasarkan persepsi masing-masing atas faktor-faktor yang berpengaruh dan bagaimana hasil skenario tersebut dipilih.
Empat Peramal, Empat Skenario
Pada hari-hari antara Natal dan Tahun Baru seperti ini biasanya saya lebih suka istirahat di rumah. Sambil melakukan retrospeksi. Evaluasi ke belakang, untuk menatap tahun depan. Tapi sudah dua minggu ini aku menunda-nunda janji untk mengantar Do’i ke mal. Jadi dengan berat hati terpaksa ikut memadati shopping-center yang tampak kewalahan menampung jejalan pengunjung.
Sambil menunggu Do’i yang asyik di department-store, meski berdesakan di lantai dasar Megamal saya sempat melirik ke deretan ruang-ruang bersekat. Di depan deretan ruang itu tertulis ”Festival Ramalan 2008”. Ah, daripada bete berdesakan lebih baik iseng-iseng masuk ke salah satu ruang. Sedikit bertualang, siapa tahu dapat cerita baru.
Pada stand ini terpampang nama: Ki Garis. Mungkin untuk menguatkan citranya di dinding tergambar berbagai macam garis (lurus, lengkung, menaik, menurun).
”Silahkan Bang, ada yang Ki Garis bisa bantu? Barangkali soal nasib pekerjaan, rumah-tangga, atau yang lain”. Wah, saya mau tanya apa ya? Tapi namanya iseng, saya tanya: ”Soal investasi Ki. Bagaimana kira-kira prospek investasi reksadana tahun depan?” Sedikit ngetest begtu.
Jawab Ki Garis:”Sama dengan soal lain, soal investasi juga soal garis. Coba Anda ingat-ingat beberapa bulan kemarin dinamika harganya seperti garis yang mana (sambil dia tunjukkan kepada saya berbagai macam penggaris lurus dan lengkung).” Setelah mengingat dan mengira-ngira saya pilih satu penggaris lengkung yang mirip belati panjang di bendera Saudi. ”Yah, begitulah trend sampai pertengahan tahun depan” ujar Ki Garis. Ah! Soal investasi reksadana Oke, tapi asam urat bisa runyam nih.
Yang berbelanja belum selesai, maka saya masuk ke stand kedua yang menampilkan Mama Mollen. Sesuai namanya di dinding tergambar kincir air, juga miniatur angin di mejanya. ”Reksadana?” menegaskan pertanyaan saya. Atas anggukan saya Mama Mollen melanjutkan:”Seperti roda kincir ini Bang, perubahan selalu naik-turun. Jadi kalau selama enam bulan lalu naik tajam. Enam bulan ke depan tanda-tandanya masih naik, walau mulai melamban. Tapi, waspadai tanda-tanda kulminasinya. Karena setelah itu akan menurun.” Tiba-tiba terdengar hentakan suara Shirley Bassey, “What goes up must come down. Spinning wheel got to go around…”
Masuk stand ketiga ketemu Ni Pegas. Sesuai namanya, suasana ruangan dipenuhi dengan kesan pegas, kenyal, dan bola-bola besar kecil. Di maja ada pendulum stainless steel, yang terus bergoyang kanan-kiri. ”Kondisi ke depan, seperti pendulum ini, kalau kita sorong ke kanan, maka akan balik sesuai kekuatan dorong kita.” setelah menatap saya sebentar, dia lanjutkan: ”Challenge and response, begitu prinsipnya. Apa yang Anda lakukan, akan direspons oleh orang-orang. Itu yang harus selalu diperhitungkan. Jadi waspadai trend tersebut.” Berarti waspada serangan balik. Tapi soal asam urat mesti direspons dengan diet nih.
Stand ke-empat agak lain. Ruangan Mr. Rambo ini interiornya dipenuhi gambar poster film-film Rambo, Commando, Terminator, ada juga yang jadul seperti the Lone Ranger.
"Nomor satu adalah pede (percaya diri). Maju saja, termasuk dalam investasi, sesuai keyakinan kita. Kalau berkeyakin kuat, laksanakan habis-habisan. The dream will come true. Yakin deh the rest of the world pasti nurut." Wow, Rambo banget.
Jadi bagaimana rencana atau strategi ke depan? Menambah investasi, memperluas usaha, bertahan, atau justru mengurangi kegiatan? Bagaimana kalau pakai asumsi linier? Kalau cyclical seperti roda pedati? Merespons tantangan? Atau yakin saja maju terus ala the Lone Ranger?
Apapun skenario yang dipercaya dan strategi atau tindakan yang diambil, akan lebih baik kalau tiap skenario dibuat dan dikembangkan strategi tindakan yang sesuai untuk masing-masing. Walaupun nantinya yang dipilih adalah salah satu strategi, namun letihan (exercise) dengan berbagai scenario tersebut akan membuat kita siap untuk menghadapi realita yang akan terjadi di tahun depan. Dengan kata lain, sebaiknya siap dengan Plan A, Plan B, Plan C, dan kombinasinya.
Ringkasan dan praktik:
1. Tidak semua kecenderungan masa mendatang bisa diprediksi dengan data, seperti hasil pemilu, perubahan iklim, karena itu diperlukan penyusunan scenario.
2. Ada empat pola scenario yang layak dipertimbangkan: perubahan linier, perubahan berulang (siklus), tantangan vs respons nya (dialektis), serta maju terus tanpa peduli factor-faktor yang berubah.
3. Pola skenario mana yang akan terjadi, tidak ada yang tahu. Oleh karena itu, ada baiknya dilakukan latihan (exercise) pengambilan keputusan atau penyusunan rencana berdasarkan tiap pola scenario.
4. Pilih salah satu scenario yang disepakati sebagai yang paling mungkin terjadi, dan pilih satu keputusan dan rencana berdasarkan scenario terpilih.
5. untuk mengantisipasi risiko, ada baiknya dilengkapi dengan Plan B dan Plan C, sesuai pola scenario yang lain, yang masih mungkin terjadi.
Risfan Munir, konsultan, pelatih di bidang manajemen dan perencanaan, serta penulis buku “Pengembangan Ekonomi Lokal Partisipatif” (2006). Tinggal di Jakarta, email: risfano@yahoo.com.
Sunday, December 16, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment