Friday, December 22, 2006

Lusi dan Mala (2)

Ada dua serdadu di sel penjara
Yang satu selalu melihat bintang kemilau di langit
Yang kedua selalu melihat kecoa di parit bau di depan sel
(Anonim)


Ah, bicara tentang serdadu pasti garing. Mendingan bergibah tentang dua nama yang lagi menggoda hatiku, Lusi dan Mala. Lusi senantiasa cerah ceria (mengingatkan pada alunan lagu Beatles Lucy in the sky with diamond). Sedang Mala dari sananya memang sendu, melankolis (bagai lagu Tears in Heaven nya Eric Clapton favoritnya). Apakah keduanya menarik? Ah, soal itu sih jangan tanya.

Tapi kalau kamu tanya mana yang paling menyita perhatianku? Terus terang aku tak bisa menjawabnya. Keduanya menggoda dan mengganggu pikiranku dari waktu ke waktu secara berbeda.

Betapa tidak? Saat aku menerima tawaran pekerjaan di perusahaan ini. Lusi langsung teriak ceria. "Wah tiap hari bisa makan siang di Otomal dong?! Sekali seminggu bisa hang-out di PS, atau Senayan City." Ekspresi ini membuat aku mensyukuri keberhasilanku meraih pekerjaan ini.

Lain dengan reaksi Mala saat kuceritakan hal yang sama. "Hah, BEJ?! Kan parkirnya mahal! Kalau kalau aku ke situ juga susah parkir. Makan siangnya berjejal, mahal tapi gak worthed." Kupikir benar juga pendapatnya, apa artinya kerja di kantor mentereng, di segitiga emas, kalau kantong bocor terus. Gengsi gak bisa dimakan, kata teman kuliahku dulu.

Ya, dialog-dialog seperti itu yang tiap saat dilontarkan oleh keduanya, yang kian hari menyulitkanku tidak hanya dalam memilih salah satu dari mereka, tetapi aku juga jadi kian peragu, kayak presiden republik BBM ini. Ah tak tahulah.

Namun pagi ini suasana pikiranku lagi cerah, mungkin karena pertanyaan-pertanyaan yang dibisikkan Lusi semalam (Tolong jangan tanya ya kami ngobrolnya dimana). Apa sih yang Mas inginkan? Kapan Mas menginginkannya? Bagaimana Mas memanfaatkan potensi-potensi diri guna mengejar yang Mas inginkan? Bayangkan ketika keinginan itu tercapai, bagaimana itu meningkatkan kehidupan Mas? Apa yang Mas rasakan? Habis ini kita bisa bicarakan dari mana Mas bisa mulai? Mas pasti akan merasa lebih nyaman dan tenang.

Waktu rentetan pertanyaan sarat nasihat itu kudengar, sebal juga rasanya dituturi. Tapi mungkin karena diucapkan lembut sambil membelai pundak dan lenganku. Agaknya masuk juga lewat pori-pori kulitku. Sehingga aku mengawali pagi ini dengan pertanyaan pasti: sebetulnya apa sih yang aku ingin capai? Terlepas dari yang diributkan cucak-rowo dan beo-beo itu, yang penting adalah apa yang akan kuraih hari ini! Titik. Lalu... akan kulahap lontong cap-go-meh siang nanti.(hrm)

No comments: