Friday, December 22, 2006

Scenario (4)

Pada hari-hari antara Natal dan Tahun Baru seperti ini biasanya saya lebih suka istirahat di rumah. Sambil melakukan retrospeksi. Evaluasi ke belakang, untuk menatap tahun depan. Tapi sudah dua minggu ini aku menunda-nunda janji untk mengantar Do’i ke mal. Jadi dengan berat hati terpaksa ikut memadati shopping-center yang tampak kewalahan menampung jejalan pengunjung.

Sambil menunggu Do’i yang asyik di super-store, meski berdesakan di lantai dasar Megamal saya sempat melirik ke deretan ruang-ruang bersekat. Di depan deretan ruang itu tertulis ”Festival Ramalan 2007”. Ah, daripada bete berdesakan lebih baik iseng-iseng masuk ke salah satu ruang. Sedikit bertualang, siapa tahu dapat cerita baru.

Pada stand ini terpampang nama: Ki Garis. Mungkin untuk menguatkan citranya di dinding tergambar berbagai macam garis (lurus, lengkung, menaik, menurun).
”Silahkan Bang, ada yang Ki Garis bisa bantu? Barangkali soal nasib pekerjaan, rumah-tangga, atau yang lain”. Wah, saya mau tanya apa ya? Tapi namanya iseng, saya tanya: ”Soal investasi Ki. Bagaimana kira-kira prospek investasi reksadana tahun depan?” Sedikit ngetest begtu.
Jawab Ki Garis:”Sama dengan soal lain, soal investasi juga soal garis. Coba Anda ingat-ingat beberapa bulan kemarin dinamika harganya seperti garis yang mana (sambil dia tunjukkan kepada saya berbagai macam penggaris lurus dan lengkung).” Setelah mengingat dan mengira-ngira saya pilih satu penggaris lengkung yang mirip belati panjang di bendera Saudi. ”Yah, begitulah trend sampai pertengahan tahun depan” ujar Ki Garis. Ah.....!

Yang berbelanja belum selesai, maka saya masuk ke stand kedua yang menampilkan Mama Mollen. Sesuai namanya di dinding tergambar kincir air, juga miniatur angin di mejanya. ”Reksadana?” menegaskan pertanyaan saya. Atas anggukan saya Mama Mollen melanjutkan:”Seperti roda kincir ini Bang, perubahan selalu naik-turun. Jadi kalau selama enam bulan lalu naik tajam. Enam bulan ke depan tanda-tandanya masih naik, walau mulai melamban. Tapi, waspadai tanda-tanda kulminasinya. Karena setelah itu akan menurun.” Tiba-tiba terdengar hentakan suara Shirley Bassey, “What goes up must come down. Spinning wheel got to go around…”

Masuk stand ketiga ketemu Ni Pegas. Sesuai namanya, suasana ruangan dipenuhi dengan kesan pegas, kenyal. Di maja ada pendulum stainless steel, yang terus bergoyang kanan-kiri. ”Kondisi ke depan, seperti pendulum ini, kalau kita sorong ke kanan, maka akan balik sesuai kekuatan dorong kita.” setelah menatap saya sebentar, dia lanjutkan: ”Challenge and response, begitu prinsipnya. Apa yang Anda lakukan, akan direspons oleh orang-orang. Itu yang harus selalu diperhitungkan. Jadi waspadai trend tersebut.”

Stand ke-empat agak lain. Ruangan Mr. Rambo ini interiornya dipenuhi gambar poster film-film Rambo, Commando, Terminator, ada juga yang jadul seperti the Lone Ranger.
"Nomor satu adalah pede (percaya diri). Maju saja, termasuk dalam investasi, sesuai keyakinan kita. Kalau berkeyakin kuat, laksanakan habis-habisan. The dream will come true. Yakin deh the rest of the world pasti nurut." Wah, Rambo banget.

Sampai disini sudah empat skenario masa depan. Tambah pilihan, tambah ragu, tetapi wawasan jadi lebih terbuka. Alangkah ngeri kalau masa depan diasumsikan linier, padahal mungkin yang terjadi adalah cyclical seperti roda gila. Selagi tenggelam dalam renungan, tiba-tiba tersentak saya "astaghfirulllah", untung respons saya positif atas colekan si Do'i. (hrm)

No comments: